Analgesic arkotik
Fentanil
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | Phentanyl Citrate, N-19(Phenethyl-4-piperidyl)propionanilide dihydrogen citrate |
- Sifat Fisikokimia | : | Serbuk kristal putih, larut sebagian dalam air, larut baik dalam alkohol |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Narkotik Nama Dagang
- Duragesic | - Fentanyl |
Indikasi
Nyeri sebelum operasi,selama & paska operasi, penanganan nyeri pada kanker, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi untuk mencegah atau menghilangkan takipnea dan delirium paska operasi emergensi.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Parentral :
Sebelum operasi : 50-100 mcg IM, 30-60 menit sebelum operasi
Sebagai tambahan anestesi umum :
Dosis rendah (operasi minor) IV 2 mcg/kg
Dosis sedang ((operasi mayor) awal 2-20 mcg/kg, tambahan dosis IV/IM 25-100 mcg jika perlu
Dosis tinggi (operasi jantung terbuka, saraf atau prosedur ortopedi) awal 20-50 mcg/kg, tambahan dosis 25 mcg - 1½ dosis awal jika perlu
Farmakologi
Metabolisme terutama dalam hati. Ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses. Ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses.
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan injeksi disimpan dalam suhu ruangan, terlindungi cahaya.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, depresi pernapasan yang parah, Sediaan transdermal tidak direkomendasikan pada nyeri akut atau paska operasi, nyeri kronis ringan atau intermiten atau pasien yg belum pernah menggunakan opioid & toleran thd opioid.
Efek Samping
Depresi pernapasan.
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang.
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi
Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.
Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.
Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.
Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
Diuretik : Opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung.
Amfetamin : Dekstroamfetamin dapat meningkatkan efek analgetik agonis opioid
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan :
Kategori C : Dapat digunakan jika potensi manfaat lebih besar daripada resiko thd janin
- Terhadap Ibu Menyusui :
Hati-hati pemakaiannya pada ibu menyusui
- Terhadap Anak-anak :
Keamanan & efikasi pada anak-anak belum diketahui
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah
Bentuk Sediaan
Injeksi Ampul 50 mcg/ml, Transdermal 25 mcg/jam, 50 mcg/jam
Peringatan
Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi system saraf pusat yg parah, anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor otak, asma bronkial.
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Hindari pemakaian alkohol. Menyebabkan ngantuk (hati-hati mengendarai mobil atau menjalankan mesin), gangguan koordinasi, pada penggunaan jangka panjang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Mekanisme Aksi
Berikatan dengan reseptor di sistem saraf pusat, mempengaruhi persepsi dan respon thd nyeri.
Monitoring Penggunaan Obat
Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah
Morfin
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | Morfin. 7,8 Didehydro-4-5-epoxy-17-methylmorphinan-3,6 diol |
- Sifat Fisikokimia | : | Kristal halus atau serbuk kristal warna putih,kelarutan kira-kira 62.5 mg/ml dlm air dan 1.75 mg/ml dlm alkohol pada 25°C |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Narkotik Nama Dagang
- MST Continus | - Morfin (Generik) |
Indikasi
Nyeri akut yg berat, nyeri kronis sedang sampai berat, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi, sebagai obat pilihan untuk nyeri pada infark miokard, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left ventricula
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Morfin harus diberikan dalam dosis efektif terkecil dan frekuensi minimal untuk mengurangi timbulnya toleran dan ketergantungan fisik. Dosis harus diturunkan pada pasien beresiko, gangguan hati, pasien yang menggunakan antidepresan saraf, gangguan ginjal, pasien sangat muda atau sangat tua. Pada pasien dengan nyeri yang parah & kronis, dosis harus disesuaikan dengan tingkat keparahan nyeri, respon dan toleransi pasien.
Dewasa :
Dosis lazim SK/IM 10 mg setiap 4 jam jika perlu, (5–20 mg setiap 4 jam jika perlu tergantung kebutuhan & respon pasien).
Dewasa IV 2.5–15 mg dilarutkan dlm 4-5 mL air steril, disuntik perlahan selama 4-5 menit.
Epidural :
Dosis awal 5 mg berselang.
Intratekal :
Kira-kira 1/10 dosis epidural.
Oral :
Tablet/larutan 10–30 mg setiap 4 jam, jika perlu.
Rektal :
10-20 mg setiap 4 jam, jika perlu.
Anak-anak :
SK/IM 0.1-0.2 mg/kg setiap 4 jam jika perlu (dosis tunggal maksimum 15 mg).
Anak-anak IV :
0.05-0.1 mg/kg disuntikkan perlahan
Farmakologi
Metabolisme terutama dalam hati. Ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Pada kerusakan ginjal terjadi akumulasi morfin-6-glukoronid yg dpt memperpanjang aktivitas opioid. Kira-kira 7-10% melalui feses.
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan injeksi simpan pada 15-30°C, terlindung cahaya, tidak boleh dibekukan. Sediaan oral simpan dalam wadah tertutup, terlindung cahaya, 15-30°C, jangan dibekukan
Kontraindikasi
Oral jangan diberikan pasien dengan paralytic ileus. Pasien dengan hipersensitivitas, depresi pernapasan yg parah. Injeksi intratekal & epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yg kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada tempat penyuntikan, perdarahan diatesis yg tidak terkontrol, penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi dalam 2 minggu.
Efek Samping
Depresi pernapasan
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorientasi, halusinasi
Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan. Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.
Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.
Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
Diuretik : Opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung.
Amfetamin : Dekstroamfetamin dapat meningkatkan efek analgetik agonis opioid
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Kategori C : Dapat digunakan jika potensi manfaat lebih besar daripada resiko thd janin
- Terhadap Ibu Menyusui : Hati-hati pemakaiannya pada ibu menyusui
- Terhadap Anak-anak : Keamanan & efikasi pada anak-anak belum diketahui
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah
Bentuk Sediaan
Oral : tablet (10,15,30,100 mg). Injeksi : ampul 10 mg/ml. Rektal (5,10,20,30 mg)
Peringatan
Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama lama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, hati-hati pada psikosis toksik, infark miokard, alergi thd sulfit, depresi sistem saraf pusat yg parah, anoksia, hiperkapnia, depresi
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Hindari pemakaian alkohol. Menyebabkan ngantuk (hati-hati mengendarai mobil atau menjalankan mesin), gangguan koordinasi, pada penggunaan jangka panjang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologi
Mekanisme Aksi
Berikatan dengan reseptor di sistem saraf pusat, mempengaruhi persepsi dan respon thd nyeri
Monitoring Penggunaan Obat
Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah
Pethidin
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | Ethyl 1-methyl-4-phenylpiperidine-4-carboxylate hydrochloride. C15H21NO2.HCL |
- Sifat Fisikokimia | : | Serbuk kristal putih, agak pahit, sangat larut dalam air dan larut dalam alkohol |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Narkotik Nama Dagang
|
Indikasi
Nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left ventricular failure
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral/ IM,/SK :
Dewasa :
Dosis lazim 50–150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,
Injeksi intravena lambat : dewasa 15–35 mg/jam.
Anak-anak oral/IM/SK :
1.1–1.8 mg/kg setiap 3–4 jam jika perlu. Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 – 100 mg IM/SK
Farmakologi
Petidin dimetabolisme terutama di hati
Stabilitas Penyimpanan
Simpan pada suhu <>
Kontraindikasi
Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya (menyebabkan koma, depresi pernapasan yg parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas, hipertensi, sakit kepala, kejang) Hipersensitivitas. Pasien dengan gagal ginjal lanjut ,
Efek Samping
Depresi pernapasan,
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang,
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi,
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural,
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria.
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau disorintasi, halusinasi.
Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Isoniazid : Meningkatkan efek samping isoniazid.
Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.
Kontraseptik oral & estrogen : Menghambat metabolisme petidin.
MAO inhibitor : Penggunaan bersama petidin menyebabkan serotonin sindrom (agitasi, sakit kepala, hipertensi, hipotensi, konvulsi, hiperpireksia, koma),
Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.
Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular.
Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
Diuretik : opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Kategori B : Hati-hati penggunaannya pada wanita hamil
- Terhadap Ibu Menyusui : Hati-hati pemakaiannya pada ibu menyusui
- Terhadap Anak-anak : Keamanan & efikasi pada anak-anak belum diketahui
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah
Bentuk Sediaan
Injeksi Ampul 50 mg/ml
Peringatan
Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi sistem saraf pusat yg parah, anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor otak, asma bronkial
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Hindari pemakaian alkohol. Menyebabkan ngantuk (hati-hati mengendarai mobil atau menjalankan mesin), gangguan koordinasi, pada penggunaan jangka panjang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologi
Mekanisme Aksi
Berikatan dengan reseptor di sistem saraf pusat, mempengaruhi persepsi dan respon thd nyeri
Monitoring Penggunaan Obat
Status sistem pernapasan & status mental, tekanan darah
Tramadol
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | 2-Dimethylaminomethyl-I-(3-methoxyphenyl)cyclohexanol hydrochloride |
- Sifat Fisikokimia | : | Serbuk kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan metil alkohol, sukar larut dalam aseton. |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Narkotik Nama Dagang
- Centrasic | - Contram | - Dolana | - Dolgesik |
- Dolocap | - Dolsic | - Forgesic | - Intradol |
- Miradol | - Nonalges | - Nufotram | - Orasic |
- Radol | - Seminac | - Simatral | - Thramad |
- Tradonal | - Tradosik | - Tradyl | - Tramal |
- Trasidan | - Traumasik | - Trazodon HCl | - Trazone |
- Trunal DX | - Tugesal | - Zephanal | - Zumatram |
- Bellatram |
|
|
|
Indikasi
Nyeri sedang sampai berat
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Nyeri kronis sedang sampai berat yg tdk memerlukan efek analgesik yg cepat : awal 25 mg/hari kemudian dinaikkan 25 mg per 3 hari hingga 25 mg 4x sehari. Maksimum 400mg. Sesudah itu dapat dinaikkan sesuai toleransi dan kebutuhan: 50mg setiap 3 hari hingga 50mg 4 x sehari. Untuk efek yg cepat : 50 – 100 mg setiap 4 – 6 jam, jika perlu ( maksimum 400 mg/hari). Pasien dengan gangguan ginjal dan hati dosis disesuaikan dengan mengurangi frekuensi pemberian.
Farmakologi
Aktivitas analgetik yg bekerja di pusat
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup, 15 – 30° C
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas,depresi napas akut,peningkatan tekanan kranial atau cedera kepala.
Efek Samping
Sistem saraf : pusing, vertigo (paling sering terjadi, > 26% pasien), stimulasi SSP: anxietas, agitasi, tremor, gangguan, koordinasi, gangguan tidur, eforia dll (>7% pasien),
Pencernaan : konstipasi, mual (>24% pasien), muntah (>9% pasien), nyeri perut, anore
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Karbamazepin : Meningkatkan metabolisme tramadol shg menurunkan efek analgesik scr signifikan.
SSRIs & MAO inhibitor : Tramadol dapat meningkatkan resiko terjadi efek samping, seperti serotonin sindrom (nyeri dada, takikardia, tremor, bingung) & kejang.
Warfarin oral : Efek warfarin meningkat.
Depresan sistem saraf pusat (alkohol, anestetik, fenotiazin, agonis opioid, sedatif, hipnotik, analgesik yg bekerja di pusat) : potensiasi efek depresi pernapasan & depresi saraf pusat.
Digoksin : Dilaporkan terjadi toksisitas digoksin (jarang)
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Kategori C : Penggunaan pada kehamilan hanya jika potensi manfaat lebih besar dari resiko thd janin, karena dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan gejala putus obat pada bayi
- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak direkomendasikan
- Terhadap Anak-anak : Tidak direkomendasikan
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Status sistem pernapasan & status mental
Bentuk Sediaan
Tablet, Kapsul, Injeksi Ampul
Peringatan
Kejang dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan, resiko meningkat pada pasien yg mempunyai riwayat epilepsi, penggunaan bersama dgn SSRIs, MAO inhibitor. Waspada untuk pasien usia lanjut
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Waspada pada penggunaan obat bersamaan dengan obat golongan tanskuilizer, hipnotik dan analgesik opioid lain. Hati-hati mengendarai mobil dan menjalankan mesin. Beritahu dokter bila wanita sedang hamil atau merencanakan hamil
Mekanisme Aksi
Berikatan dengan reseptor opioid µ & menghambat serotonin & norepinefrin reuptake
Monitoring Penggunaan Obat
-
Analgetik non narkotik
Asetosal
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | Merupakan ester salisilat dari asam. C9H8O4 |
- Sifat Fisikokimia | : | Berbentuk kristal putih seperti batang/jarum, berbau. Sedikit larut dalam air, sangat larut dalam alkohol. pKa : 3,5 |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik Nama Dagang
- Aptor | - Aspilets | - Aspimec | - Aspirin Bayer |
- Astika | - Bodrexin | - Cardio Aspirin | - Farmasal |
- Procardin | - Restor | - Thrombo Aspilets | - Ascardia |
|
|
|
|
Indikasi
Nyeri :
Sakit kepala, nyeri-nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi. Nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenore. Demam Penyakit Inflamasi, Rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, osteo atrhritis, SLE, kondisi poli arthritis, psoriatic arthritis/Reiter's syndrome, Demam Rematik Mencegah terjadinya Tromboemboli TIA & AIS, Menurunkan risiko Transient Ischemic Attacks & menurunkan risiko stroke yang lebih parah dari Acute Ischemic Stroke, CAD & MI, Pencegahan Sekunder Coronary Artery Disease & Myocardial Infarction, Emboli yang berhubungan dengan Atrial Fibrilation & atau Mitral Valve Disease, Trombosis pada Arteri lain, Trombosis Mikrosirkular, Prostthetic Heart Valves, Trombosis Vena, Kondisi trombosis lain, Perikarditis, Kawasaki Disease, Komplikasi pada kehamilan (menurunkan faktor resiko preeklamsia, dll), Pencegahan kanker colorectal, Penggunaan lain.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Nyeri & Demam :
Dewasa : 650mg-1,3g setiap 8 jam, tidak lebih dari 3,9g/hari.
Swa-medikasi :
Migrain/sakit kepala ringan sampai berat : 500mg/hari. Hentikan jika telinga berdenging atau tidak mendengar, atau alergi
Penyakit Inflamasi :
Dosis awal : 2,4-3,6g/hari dalam dosis terbagi dapat ditingkatkan 325mg-1,2g/hari.
Dosis pemeliharaan : 3,6-5,4g/hari.
Gejala Juvenile Arthritis :
Dosis awal :
Anak-anak dengan BB <>
Anak-anak dengan BB > 25kg : 2,4-3,6g/hari dalam dosis terbagi
Dosis pemeliharaan : 80-100mg/kg BB/hari dapat ditingkatkan hingga 130mg/kg BB/hari disesuaikan dengan respon Pasien, toleransi & konsentrasi salisilat dalam serum.
Demam Rematik :
Dosis awal :
Dewasa : 4,9-7,8g/hari
Anak-anak : 90-130mg/kg BB/hari setiap 4-6 jam (dalam dosis terbagi) selama 1-2 minggu. Kemudian dosis diturunkan menjadi 60 - 70mg/kg BB/hari
Penyesuaian dosis tergantung pada respon, toleransi & konsentrasi salisilat dalam serum.
Transient Ischemic Attacks & Acute Ischemic Stroke :
Untuk mengurangi resiko berulangnya TIA, stroke, kematian : 50 - 325mg/hari
AIS : 160-325mg/hari dimulai dalam waktu 48 jam setelah stroke terjadi, dilanjutkan hingga 2-4 minggu. Pencegahan AIS sekunder adalah dengan dosis rendah.
CAD & MI :
Pencegahan : 160-325mg/hari, dimulai paling lama 24 jam setelah MI terjadi kemudian diteruskan selama 30 hari paling sedikit
Angina stabil kronis :
Dosis : 75-325mg/hari segera setelah didiagnosa (kecuali ada kontraindikasi aspirin)
Perikarditis :
Dosis 160-325mg/hari kadang-kadang lebih
Batu ginjal Kalsium Oksalat : 200-300mg/hari
Farmakologi
Aspirin bekerja dengan mengasetilasi enzim prostaglandin H2 endoperoxide synthase (PGHS) & menghambat kerja enzim COX secara permanen. COX-1 umumnya ada di semua sel termasuk platelet. Aspirin relatif selektif menghambat COX-1 & sedikit COX-2. PGH2 dala platelet & endotel vaskular memproduksi tromboxan A2 (bertanggung jawab dalam agregasi platelet dan vasokonstriksi) & prostacyclin (bertanggung jawab dalam menghambat agregasi platelet & vasodilatasi) sehingga dosis sangat bervariasi.
Efek pada darah : Menghambat fase kedua agregasi platelet & mencegah pelepasan adenosin diphosphate (ADP) dari platelet & faktor 4 platelet.
Antitrombotik : Menghambat sintesa prostaglandin di vena. Aspirin dosis rendah dapat mencegah trombosis dengan cara menghambat secara selektif sintesa PGHS & tromboxan A2.
Stabilitas Penyimpanan
Stabil pada udara kering. Lembab, panas & perubahan pH dapat menghidrolisis Aspirin. Asprin stabil pada pH rendah (2-3). Simpan pada suhu 2-15°C & jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Kontraindikasi
Alergi terhadap Aspirin dan golongan salisilat
Efek Samping
Reye's syndrome : Iritasi lambung karena bersifat asam.
Efek terhadap Sistem syaraf : Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan mental, koma, paralisis, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur.
Efek lain : Demam, myopathy, epistaxis, kerusakan ginjal, penurunan fungsi ginjal, meningkatkan kreatinin, hematouria, oligouria, UTI, asidosis, asidosis metabolit, hiperfosfatemia, hipomag-nesemia, hiponatremia, hipernatremia, hipokalemia, hiperka-lemia hiperkalsemia, abnormalitis elektrolit. Tumor lisi sindrom sepsis, infeksi lain, Kerusakan jantung, gangguan pernafasan.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol sehingga dapat meningkatkan toksisitas allopurinol. Chlorpropamide : Meningkatkan reaksi hepatorenal, monitor hipoglikemi. Obat lain : Cotrimoxazole : Trombositopenia Cyclosporin : Meningkatkan konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis) .
- Dengan Makanan : Makanan & susu : Menurunkan efek merugikan terhadap saluran cerna.
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : -
- Terhadap Ibu Menyusui : -
- Terhadap Anak-anak : Reyes Syndrome.
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
-
Bentuk Sediaan
Tablet Salut Tahan Asam 80 mg, 100 mg, 160 mg, Tablet Biasa 500 mg.
Peringatan
Reye's syndrome pada anak Swamedikasi nyeri dan demam.
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Minum setelah makan dengan satu gelas air / susu.
Mekanisme Aksi
Asetilasi enzim PGHS.
Monitoring Penggunaan Obat
Munculnya efek samping.
Ibuprofen
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | Turunan asam propionat. C13H18O2 |
- Sifat Fisikokimia | : | Warna putih, serbuk kristal,tidak larut dalam air, sangat larut dlm alkohol |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik Nama Dagang
- Dofen | - Dolofen Forte | - Farsifen | - Febryn |
- Fenris | - Helafen | - Iprox | - Nofena |
- Ostarin | - Profen | - Proris | - Ribunalm Shelrofen |
- Anafen |
|
|
|
Indikasi
Nyeri & radang pada penyakit artritis (rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, osteoarthritis) & gangguan non sendi (otot kerangka), nyeri ringan sampai berat termasuk dismenorea, paska bedah, nyeri & demam pada anak-anak
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa :
Artritis : 400-800 mg 3-4 kali sehari (maksimun 3.2 g/hari)
Juvenile artritis : 30-40 mg/kg berat badan per hari dalam 3-4 dosis terbagi (maksimum 50 mg/kg berat badan)
Nyeri ringan s/d sedang : 200-400 mg tiap 4-6 jam, bila perlu (max 1,2 g/hari)
Farmakologi
Aktivitas anti inflamasi, antipiretik & analgetik. Mekanisme kerja : menghambat sintesis prostaglandin
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam kemasan tertutup rapat
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema
Efek Samping
Gangguan saluran cerna : dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi, anoreksia dll.
Gangguan sistem saraf : sakit kepala, pusing,
Gangguan pendengaran & penglihatan : tinitus, penurunan pendengaran, gangguan penglihatan sakit kuning, kenaikan SGOT & SGPT.
Lain-lain : retensi cairan, gagal jantung kongestif, tekanan darah meningkat, hipotensi, aritmia, reaksi hipersenstivitas, mulut kering
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Antikoagulan & antitrombotik : Meningkatkan efek samping perdarahan saluran cerna.
Aspirin : Meningkatkan efek samping & menurunkan efek kardioprotektif dari aspirin.
Litium : Meningkatkan konsentrasi litium dalam plasma & serum dan dapat menurunkan klirens
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan selama kehamilan
- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui
- Terhadap Anak-anak : Tidak direkomendasikan pada pemakaian swamedikasi untuk anak-anak <>
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Fungsi hati & ginjal
Bentuk Sediaan
Tablet, Suspensi
Peringatan
Hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan ginjal, gangguan jantung atau gangguan hati, gangguan saluran cerna
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
Reaksi anafilaktik karena overdosis dilaporkan ~ 60% pd orang dewasa asimtomatik, 30-40% simtom ringan sampai sedang & <3%>
Informasi Pasien
Jika terjadi ruam kulit, ulser saluran cerna, perdarahan, gangguan penglihatan, peningkatan berat badan, udem, feses hitam, atau sakit kepala yang persisten, hubungi dokter
Mekanisme Aksi
Menghambat sintesis prostaglandin dgn menghambat COX-1 & COX-2
Monitoring Penggunaan Obat
Na Diklofenak
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | C14H10Cl2N2O2 |
- Sifat Fisikokimia | : | Warna kekuningan, serbuk kristal, sedikit higroskopis |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik Nama Dagang
- Alflam | - Atranac | - Berifen SR | - Cataflam |
- Cataflam D | - Catanac | - Deflamat | - Dicloflam |
- Diclomec | - Diclomec Gel | - Exaflam | - Fenaren |
- Fenavel | - Flamenac | - Kadiflam | - Kaditic |
- Kalium Diklofenak | - Klotaren | - Laflanac | - Matsunaflam |
- Megatic | - Merflam | - Nadifen | - Neuorofenac |
- Nichoflam | - Nilaren | - Potazen | - Prostanac |
- Provoltar | - Reclofen | - Renadinac | - Renvol |
- Scanaflam | - Scanteran | - Tirmaclo | - Valto |
- Volmatik | - Voltadex | - Voltadex SR | - Voltaren |
- Voren | - X-flam | - Xepathritis | - Zegren |
- Adiflam |
|
|
|
Indikasi
Nyeri paska bedah, nyeri & radang pada penyakit artritis & gangguan otot kerangka lainnya, nyeri pada gout akut dan dismenorea.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Artritis :
Dosis awal : 150 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 kali
Dosis lazim 100–200 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 kali sehari (maksimum 225 mg), sesudah makan
Nyeri & dismenore :
Dosis awal : 50 mg, dilanjutkan 50 mg setiap 8 jam jika perlu
Pada pasien dengan gangguan ginjal dan hati tidak perlu penyesuaian dosis, tetapi perlu pemantauan yang ketat.
Farmakologi
Aktivitas sebagai antiinflamasi,analgetik & antipiretik. Metabolisme terutama melalui hati. Ekskresi pada orang dewasa sehat kira-kira 50-70% melalui urin, 30-35% melalui feses
Stabilitas Penyimpanan
Terlindung dari cahaya, simpan dalam wadah tertutup pada suhu tidak lebih dari 30°
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema, tukak lambung aktif
Efek Samping
Pencernaan : gangguan pada saluran cerna bagian atas (20% pasien) tukak lambung, perdarahan saluran cerna.
Saraf : sakit kepala (3-9% pasien), depresi, insomnia, cemas.
Ginjal : (kurang dari 1% pasien) terganggu fungsi ginjal (azotemia,proteinuria,nefrotik sindrom dll),
Kardiovaskular : retensi cairan, hipertensi, (3-9% pasien),
Pernapasan : asma (kurang dari 1% pasien),
Darah : lekopenia, trombositopenia, hemolitik anemia (kurang dari 1% pasien),
Hati : hepatitis, sakit kuning (jarang), peningkatan SGOT terjadi pada 2 % pasien,
Lain-lain : ruam, pruritus, tinnitus, reaksi sensitivitas (1-3% pasien).
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Antikoagulan : Dapat memperparah perdarahan saluran cerna.
Metotreksat : Meningkatkan konsentrasi metotreksat.
Glikosida jantung : Meningkatkan toksisitas glikosida jantung.
Diuretik : Secara bersamaan dengan HCT, meningkatkan kadar kalium dalam serum; dengan triamterene meningkatkan resiko kerusakan ginjal.
NSAID : Penggunaan bersama aspirin dapat meningkatkan eksresi diklofenak melalui empedu.
Siklosporin : Meningkatkan efek nefrotoksik siklosporin.
Litium : Meningkatkan konsentrasi plasma litium dan menurunkan klirens litium.
Antidiabet : Kasus hipoglikemik & hiperglikemi telah dilaporkan (jarang).
Kuinolon : Dapat meningkatkan resiko stimulasi sistem saraf pusat (misalnya kejang).
Antasid : Dapat menunda absorpsi diklofenak.
Kortikosteroid : Meningkatkan resiko ulser saluran cerna
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Dpt digunakan pada masa kehamilan awal jika potensi manfaat lebih besar daripada resiko thd janin. Tidak direkomendasikan pada masa kehamilan akhir karena dapat menghambat sintesis prostaglandin yang menyebabkan efek samping thd sistem kardiovaskular janin
- Terhadap Ibu Menyusui : Terdistribusi dalam air susu ibu : tidak direkomendasikan bagi ibu menyusui
- Terhadap Anak-anak : Pengunaan pada anak-anak masih memerlukan penelitian lebih lanjut
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Fungsi hati secara periodik pada pemakaian jangka panjang, gejala& tanda perforasi ulser atau perdarahan saluran cerna
Bentuk Sediaan
Tablet
Peringatan
Hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan ginjal, gangguan jantung atau gangguan hati, penyakit gangguan pencernaan, penggunaan bersamaan kortikosteroid, kondisi yg berhubungan dgn retensi cairan (hipertensi, gagal jantung)
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Jika terjadi ruam kulit, ulser saluran cerna, perdarahan, gangguan penglihatan, peningkatan berat badan, udem, eses hitam, atau sakit kepala yang persisten, hubungi dokter. Jika ada gangguan pencernaan, gunakan obat sesudah makan. Gejala & tanda hepatotoksis,
Mekanisme Aksi
Menghambat sintesis prostaglandin dgn menghambat COX-1 & COX-2
Monitoring Penggunaan Obat
-
Parasetamol
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia | : | 4'Hydroxyacetanilide |
- Sifat Fisikokimia | : | Warna putih, serbuk kristal, agak pahit |
- Keterangan | : | - |
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik Nama Dagang
- Analpim | - Calapol | - Citamol | - Cymacold |
- Erphamol | - Farmadol | - Fasidol | - Hufagesic |
- Mirasik | - Nalgesik | - Nasamol | - Novagesic |
- Omegrip | - Ottopan | - Pacetik | - Panadol |
- Paracetol | - Paradyn | - Procet | - Progesic |
- Propyretic | - Pyrexin | - Pyrexin | - Pyridol |
- Samconal | - Sanmol | - Sumagesic | - Tempra |
- Termagon | - Tropigesic | - Turpan | - Uni Cetamol |
- Varsemol | - Xepamol | - Xepamol | - Zetamol |
- Alphamol |
|
|
|
Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang dan demam
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa & anak >12 thn; oral 650 mg atau 1 g tiap 4-6 jam bila perlu, maksimum 4 g per hari.
Oral :
Anak utk tiap 4-6 jam (maksimum 5 dosis per 24 jam) :
<>
4-11 bln (5-8 kg) 80 mg,
12-23 bln (8-11 kg)120 mg,
2-3 thn (11-16 kg)160
Farmakologi
Memiliki aktifitas sebagai analgetik dan antipiretik
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan harus disimpan pada suhu 15-30° C. Sediaan bentuk larutan atau suspensi tidak boleh dibekukan
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Efek Samping
Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut pernah dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Alkohol, antikonvulsan, isoniazid : Meningkatkan resiko hepatotoksis,
Antikoagulan oral : Dapat meningkatkan efek warfarin,
Fenotiazin : Kemungkinan terjadi hipotermia parah
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Kategori B : Aman jika digunakan dalam dosis terapi selama kehamilan
- Terhadap Ibu Menyusui : Diekskresikan dalam air susu ibu dalam konsentrasi rendah
- Terhadap Anak-anak : Konsultasikan dengan dokter pada penggunaan obat > 5 hari
- Terhadap Hasil Laboratorium : Menyebabkan hasil positif palsu pada tes urin asam 5-hidroksiindoleasetik. Dapat mengganggu pengukuran glukosa darah
Parameter Monitoring
Fungsi hati
Bentuk Sediaan
Tablet, Sirup/Suspensi dan Sediaan Rektal
Peringatan
Hati-hati pada pasien yang sudah berkurang fungsi hati & ginjal, dan ketergantungan pada alkohol. Toksisitas parasetamol dapat disebabkan dari penggunaan dosis tunggal yang toksik, dari penggunaan berulang dosis yang besar, atau penggunan obat yang kronis
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Jika nyeri atau demam sudah lebih dari 3 hari, hubungi dokter
Mekanisme Aksi
Bekerja langsung pada pusat pengaturan panas di hipotalamus dan menghambat sintesa prostaglandin di sistem saraf pusat
Monitoring Penggunaan Obat
The extended-release or long-acting tablets are used for chronic ongoing pain. Tramadol is a narcotic-like pain reliever. tramadol 225mg tablets
BalasHapus